Jumat, 27 Maret 2009

Andungnda Sjamnur binti Hamidi



Andung adalah panggilan ‘nenek’ bagiku padanya…Lahir di Padang 21 Desember 1927, anak ke 4 dari 5 bersaudara… umur belasan tahun menikah dan 11 anak lahir dari rahimnya, 3 orang meninggal ketika kecil dan kelahiran yang kesebelas membuatnya harus dioperasi kandungan …. Ketika itu semua pasien di RSU Medan yang melakukan operasi itu meninggal kecuali Andung Sjamnur binti Hamidi

Beliau menjadi tulang punggung keluarga merantau dari kampung halaman ke kota Medan dan kemudian menuju Jakarta… dan karena kegigihan serta kerja cerdas dan kerasnya mampu mempunyai toko sebanyak 11 buah diberbagai tempat strategis, sehingga kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi mampu melaksanakan rukun Islam ke-5 dan anak2nya bisa menuntut ilmu sampai perguruan tinggi bahkan di usia sepuhnya Andung bisa mandiri secara financial …

Andung Sjamnur berwatak keras, disiplin, jujur dan kegemaran membacanya menjadikan seorang yang enak untuk diajak berdiskusi… tetap up to date…. walau umurnya sudah sepuh…

Aku, cucu perempuan pertamanya, jangan tanya betapa sayangnya Andung padaku… Sewaktuku kecil Korespondensi adalah hal rutin yang aku dan Andung lakukan …buku-buku cerita anak-anak berseri mulai dari karangan Enyd Blyton, Kho Ping Ho atau fable-fabel lainnya Andunglah salah satu penyumbangnya, ketika perayaan kartinian tiba maka Andung yang paling sibuk membuatkan baju kebaya model terbaru…. Dan jangan Tanya angpao yang akan dia kasih kepada cucu-cucunya karena yang paling besar biasanya berasal dari Andung Sjamnur….

Sebagai cucu, aku adalah orang yang takut dengannya rasa itu makin menjadi setelah usiaku lepas 30 tahun, walaupun sebenarnya dia selalu baik kepadaku…ketakutanku krn aku belum setegar dirinya, belum bisa membahagiakan keluarga dan apa yang dia ambisikan untuk keturunannya belum terwujud padaku sehingga aku lebih baik menghindar krn walaupun sepuh dia tidaklah pikun, tetap berpikir straight forward bahkan terkadang kurang bisa berkompromi

Namun entah kenapa hampir tiga bulan ini bila aku berkunjung ke rumahnya, aku tidak merasakan keotoriterannya lagi… oleh2 untuknya yang selalu kubawa adalah roti plus ice cream yg menjadi makanan favoritenya, beliau lahap dgn selalu mengumbar senyum…

Malam Rabu, 25 Maret 2009, aku membaca News Feed di My FB dari seorang kawan: Tertawa yang ekstrim itu mengurangi jatah kebahagiaan kita di titik lainnya, MAKA tersenyumlah, karena tersenyum itu lebih seimbang, indah dan sederhana :) Allah menghadirkan sedih dan bahagia itu seimbang, kalau kita ambil jatah kebahagiaan kita secara berlebihan, maka biasanya hidup kita akan banyak mengalami kesedihan. Itulah keseimbangan.

Rabu Malam aku berangkat ke Café Mangkok Putih Citos untuk reuni meeting SMPN 1 Bandung, entah mengapa kala itu aku tertawa sambil keluar air mata saking lucunya cerita teman2… dan di mobil ketika pulang, aku teringat akan tulisan di FB itu…

Kamis pagi, yg bertepatan dgn Hari Raya Nyepi jam 06.00 aku mendapat telepon dari Mama kalau Andung meninggal Innalillahi wa inna ilaihi rojiun… syok juga mendengar berita itu karena beliau dalam keadaan sehat…bergegaslah aku kekediamannya…. Aku melihat Andung seperti tertidur nyenyak berbalutkan pakaian ihram yang akhir2 ini selalu menemaninya ketika tidur….

Aku, saudara dan kerabat, ikut mengumandangkan Yassin, memandikan, mengkafankan, menciumnya, mengantarkannya ke Masjid u/ dishalatkan, mengantarkannya kepekuburan dan melihatnya dimasukkan ke liang lahat…kemudian ditutup dengan ta nah, berdoa dan disepanjang perjalanan menuju ke rumah ada perasaan yang tidak sanggup aku katakan….

Ternyata seorang Andung yang bernama Sjamnur binti Hamidi telah membuatkan hikmah terbesar di paruh waktuku kali ini. Bila ini maksudnya keseimbangan itu maka…. Lapangkan kuburnya Ya ALLAH, Ampuni seluruh dosanya…. Jadikanlah Andung Sjamnur bidadari di syurga firdaus Mu….Amien….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Add your comment