Minggu, 01 Februari 2009

INDONESIA MENCARI ‘PANGGILAN JIWA’



Lagu Indonesia Pusaka ini selalu mengharu biru di dada. Bapak Ismail Marzuki, di dalam menciptakan bait-bait lagunya pasti mempunyai harapan besar untuk tanah air ini.

Setelah mempunyai 6 presiden dan 63 thn proklamasi, wajah ‘pusaka abadi nan jaya’ ini masih tetap menunjukkan keperkasaannya… dengan tetap subur tanahnya, tetap tropis daerahnya dan bermilyar-milyar kesyukuran lainnya yg ditunjukan oleh ibu pertiwi.

Manusia Indonesia yang bersuku-suku, makin membuat kaya bangsa ini. Tidak ada kata untuk menjadikan rakyatnya berkekurangan karena negeri ini telah Allah persembahkan kepada makhluk bumi agar mereka bersyukur karena diperlihatkan sekeping syurga yg bernama jamrud khatulistiwa.

Dan kini, sistem yang baiklah yang kita perlukan. Indonesia memerlukan manusia-manusia terdidik yang tidak hanya untuk sekedar gelar atau aktualisasi diri semata,… bukan sekedar uang atau demi martabat semata…. Indonesia memerlukan rakyat2 yang terpanggil jiwanya memperbaiki sistem yang rusak, memperbaharui sistem yang sudah usang bahkan mengganti sistem yang mandul.

Ketika 2009 dicanangkan sebagai saatnya rakyat berpesta, maka sistem dalam pemilihan legislatif haruslah yang mendukung agar hanya orang2 yang terpanggil jiwanya saja yang berhak menjadi calon wakil rakyat… hanya orang2 yang berani sejahtera terakhir sesudah rakyatnya yang berani mengkampanyekan dirinya dan hanya orang-orang yang sanggup merasakan bergaji dengan rata2 penduduk negeri sehingga dewan yang terhormat berusaha sekuat tenaga u/ menaikkan pendapatan perkapita negeri ini sehingga tanpa perlu didemo sudah merasakan penderitaan rakyatnya…

Bila hal itu terjadi, maka Indonesia akan memiliki wajah yang berkarakter kuat sehingga akan terciptalah sebuah peradaban baru didunia ini yang bernama peradaban Indonesia

Kita tunggu nama2 orang ‘yang terpanggil jiwanya’, yang akan dicatat dengan tinta emas sejarah peradaban dunia. InshaAllah .

2 komentar:

  1. "Peradaban Indonesia".

    Gila, keren juga frasa ini, Jeng. Cucu kita nanti belajar sejarah Indonesia sepaket dengan Mesopotamia, Byzantium, etc.

    Semoga masih cukup waktu untuk sampai ke sana.

    BalasHapus
  2. jeng Yuni sudah terpangggil belum nih ?

    BalasHapus

Add your comment